Kenapa terlalu banyak kenapa?
“kenapa” sebuah kata Tanya yang sudah sering kita dengar.
Dalam kamus bahasa Indonesia “kenapa” sama artinya dengan kena apa, mengapa,
sebab apa. Mengapa sendiri dapat kita artikan sebagai kata Tanya untuk
menanyakan apa yang menyebabkan sesuatu (biasanya masalah) terjadi.
Berdasarkan dengan pengertian yang tertera saya akan
membahas tentang Kenapa Terlalu Banyak Kenapa?
Perbedaan otak manusia dan perbedaan pikiran manusia
menyebabkan keanekaragaman diantara manusia itu sendiri akan tetapi, karena
adanya perbedaan itu juga maka terjadilah cara pandang manusia yang berbeda.
Hingga timbulah sebuah pertanyaan tentang “kenapa”. Sebagai contoh jika dalam suatu kelompok
orang yang ketika itu mereka semua mengenakan pakaian yang berwarna sama akan
tetapi, salah satu di antara orang orang tersebut ada yang mengenakan baju
dengan warna yang berbeda maka, pastilah salah satu diantara orang orang yang
memakai baju berwarna sama bertanya “kenapa kau memakai baju yang berbeda?”
Pertanyaan tersebut adalah salah satu dari banyaknya
pertanyaan “kenapa” akan tetapi, terlalu banyaknya pertanyaan pertanyaan
tersebut terkadang menyebabkan seseorang atau sekelompok orang mengabaikan
permasalahan itu sendiri. Contohnya
adalah tentang banjir. Pertanyaanya adalah “kenapa banjir bisa terjadi?”
pertanyaan ini sangat mudah dijawab oleh semua orang. Jawabannya berbagai macam
namun berbagai macam jawaban tersebut juga bisa menimbulkan pertanyaan lagi.
Hingga tiada habisnya. Hingga orang tersebut lupa akan bagaimana cara
menyelesaikan masalah.
Mungkin untuk menyelesaikan masalah dan menyempurnakan
penyelesaikan masalah kita juga dapat menggunakan kata “kenapa” tetapi,
bukankah sebaiknya kita memikirkan apa yang dapat kita jadikan bahan
penyelesaian masalah tersebut. Dari pertanyaan kenapa kita juga dapat menarik
kesimpulan untuk kita ambil sebagai bahan penyelesaian masalah.
Akan tetapi terkadang banyaknya pertanyaan “kenapa” malah
membuat masalah tersebut semakin besar dan bukan terselesaikan.
Lihat lah
contoh percakapan dibawah ini :
W : kenapa sih banjir mulu Jakarta?
R : ya kau tahu sendiri Jakarta, waduk/sungai jadi
pemukiman, sungai menjadi daratan di sungai, ya gitu deh..
W : kenapa waduk/sungai dijadiin pemukiman?
R : ya tidak ada tempat lagi mungkin.
W : padahal sudah tahu banjir, kenapa masih tinggal di
bantaran sungai?
R : sudah betah kali
W : Kenapa mereka bisa betah? Bukankah itu tanah milik
pemerintah?
R : sudah terlalu lama kali mereka tinggal disana?
W : kenapa bisa telalu lama? Apa pemerintah tidak tahu hal
itu?
R : ya bisa jadi. Kenapa anda terlalu banyak bertanya
kenapa? Tidakkah seharusnya anda membantu menyelesaikan masalah?
W : untuk tahu bagaimana menyelesaikan masalah tersebut kita
perlu bertanya apa sebabnya terlebih dahulu
R : nah sekarang apa anda sudah tahu apa penyebabnya lalu
apa yang bisa anda lalukan?
W: … (terdiam)
Contoh percakapan diatas adalah contoh penggunaan kata
“kenapa”. Banyak orang yang hanya dapat membuat pertanyaan tersebut akan
tetapi, tidak mengetahui bagaimana
menyelesaikan masalah yang ada. Mungkin
sebagian dari mereka tahu bagaimana menyikapi suatu masalah namun enggan untuk
langsung bertindak.
Komentar
Posting Komentar