Mengulas novel “The Jacatra Secret”
THE JACATRA SECRET, sebuah novel
komplit dengan gambar dan bukti-bukti yang berkisah tentang petualangan pakar
bahasa simbol asal Universitas George Washington, Doktor John Grant yang
diminta memecahkan sejumlah kejanggalan yang ditemukan polisi di dekat jasad
Profesor Sudradjat Djoyonegoro. Pejabat teras Bappenas tersebut ditemukan tewas
dengan luka tembak tepat di depan pintu gerbang Museum Sejarah Jakarta. Bersama
seorang gadis cantik berdarah campuran Prancis-Indonesia, Angelina Dimitreia
yang tengah melakukan penelitian di Mabes Polri, Doktor Grant menemukan jika
sejumlah kejanggalan tersebut diyakini merupakan pesan-pesan tersembunyi dari
sang korban sesaat sebelum kematiannya yang ditujukan bagi mereka berdua untuk
menemukan pembunuhnya.
Hanya berselang beberapa jam dari
kematian sang profesor, asisten senior ekonom Neolib tersebut dan penjaga
Museum Prasasti Jakarta juga ditemukan tewas dengan luka tembak yang sama di
dua tempat yang berbeda. Hasil awal uji forensik Polri menyatakan jika senjata
pembunuhnya identik dengan senjata yang merenggut nyawa sang profesor. Motif
kunci pembunuhan ternyata datang sendiri kehadapan Doktor Grant. Sally Kostova,
kekasih gelap sang profesor, menemukn medalion Masonik di dalam tasnya.
Doktor Grant yakin jika medalion itulah yang sedang dicari
sang pembunuh. Akhirnya sang simbolog membawa mereka semua berlindung di dalam
kompleks militer Halim Perdana Kusumah dan menemui sahabatnya, Kasturi seorang
veteran korps elit angkatan udara Kopasgat. Dibayangi incaran sang pembunuh dan
kecurigaan perwira polisi yang mengepalai tim buru sergap, Doktor Grant bersama
rekan-rekannya berusaha menyibak tabir pembunuhan tersebut dan menemukan
berbagai rahasia kota Jakarta yang selama ini terpendam dari kesadaran banyak
orang. Benar-benar bukan sekedar rahasia biasa. Di pintu masuk Musium Prasati
disambut dua lambang ini di tembok depan, lambang freemason tangan memegang
palu. Walau berbentuk fiksi, namun novel ini mampu menyodorkan sejumlah fakta
sejarah yang tak terbantahkan keotentikannya.
Jika
Batavia, yang kemudian berubah nama menjadi Jakarta merupakan sebuah kota
Masonik, dibangun VOC sebagai loji terbesar Freemasonry lengkap dengan
simbol-simbol iblis di dalam tata ruang kotanya.Serta sejumlah bangunan penting lainnya yang terdapat di dalamnya. Seperti kata pepatah, jika sebuah novel kadangkala sering lebih jujur bertutur tentang sejarah ketimbang buku-buku teks pelajaran di sekolah-sekolah resmi.
Ditulis dalam bahasa ringan dan mengalir, novel dengan tempo amat cepat ini mampu menyuguhkan kejutan-kejutan yang akan mengubah paradigma para pembaca selama ini tentang sejarah bangsa, khususnya sejarah terbentuknya ibukota Jakarta.
Semuanya dibingkai dengan sangat apik oleh penulis serta dipertegas lagi dengan sejumlah foto otentik yang menyulitkan bagi siapa saja yang ingin membantahnya.
Kata Pengantar ( hal 8 )
Jakarta dulu bernama Batavia. Kota ini dibangun VOC menurut cetak biru Freemasonry Hindia Belanda. Kelompok Luciferian ini menyisipkan aneka simbol Masoniknya di berbagai tata ruang kota, arsitektur gedung dan monumen, prasasti makam, dan lainnya, yang masih bisa disaksikan hingga sekarang.Vatikan pada tahun 1738 dan 1751 menyatakan Freemasonry tidak bertuhan. Tahun 1962 Presiden Soekarno membubarkannya.
Namun pada tahun 2000, Gus Dur menerbitkan Keppres No.69/2000 yang melegalkan kembali Freemasonry di Indonesia. Menurut catatan Dr. Th. Steven dalam “Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962″, sejumlah tokoh Indonesia menjadi anggota persaudaraan ini.
Mereka antara lain Pelukis Raden Saleh, R.A. Kartini, ketua Boedhi Oetomo Raden Adipati Tirto Koesoemo, dan juga Kapolri pertama, Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo.
Sekarang, persaudaraan ini masih eksis sebagai motor utama kaum Imperialis-Globalis. Di awal Orde Baru, Mafia Berkeley merupakan salah satu pelayan mereka, dan kini mereka dikenal dengan nama kelompok Libertarian.
Mereka berdua pun akhirnya terlibat dalam pembicaraan santai. Dalam pertemuan pertama yang singkat tersebut Grant mengetahui jika Angelina Dimitrea berdarah campuran Perancis-Indonesia.
Potongan
novel
…“Anda pasti tahu tentang sepak terjang Adolf Hitler
dengan Nazi-nya, John. Dalam ruang kuliah kita dicekoki pandangan satu arah
jika Hitler telah menggerakkan mesin raksasa untuk membunuhi orang-orang Yahudi
dan sangat anti dengan segala sesuatu yang berbau Yahudi. Di dalam ruang kuliah
kita tidak pernah diberitahu jika sesungguhnya guru politik Adolf Hittler itu
ternyata seorang Yahudi juga, Profesor Karl Ernst Haushofer.
Film
“Lawrence of Arabia”
Tokoh inilah yang memprovokasi Hitler agar memburu
orang-orang Yahudi Eropa, hal ini dilakukan agar orang-orang Yahudi Eropa
bersedia meninggalkan Eropa dan pindah ke Tanah Palestina. Awalnya orang-orang
Yahudi Eropa enggan memenuhi ajakan Theodore Hertzl,
pemimpin organisasi Zionis Internasional, untuk pindah ke Palestina, namun
berkat pengejaran Hitler-lah, akhirnya mereka mau dibawa ke Palestina. Ini
semua terkait dengan kepentingan Geopolitik
satu kekuatan besar di balik ideologi Zionisme.
Dan yang juga sangat menarik, juga terkait dengan gerakan
ini, adalah pembentukan Kerajaan Saudi
Arabia, yang ternyata juga diarsiteki oleh seorang perwira Yahudi
Inggris bernama Edward Terrence Lawrence atau yang kita kenal selama ini dengan
sebutan Lawrence of Arabia.
Kerajaan Saudi Arabia bisa berdiri setelah melakukan pemberontakan terhadap Kekhalifahan
Islam Turki Utsmani.
Berdirinya Kerajaan Saudi Arabia dan hancurnya Turki Utsmani juga didalangi
oleh Zionis Internasional.
Kesultanan Utsmaniyah 1299–1683 (Animasi invasi)
Ini satu fakta sejarah. Fakta yang sesungguhnya. Sebab itu,
sampai sekarang para penguasa Saudi Arabia sangat akrab dengan orang-orang
Yahudi yang memakai kedok sebagai orang Amerika.
Di saat semua orang Amerika, termasuk mantan presidennya
sekalipun, dilarang terbang di langit Amerika beberapa hari paska tragedi WTC,
hanya kerabat raja Saudi yang diperbolehkan terbang di atas langitnya oleh
Pentagon dan juga Bush junior. Mereka lebih berpengaruh ketimbang rakyat
Amerika sendiri.” (Novel The Jacatra Secret, hal 48)
***
…“Kau
tidak sedang bercanda kan? Ada yang melebihi kewenangan seorang presiden di
negara ini?”“Maksudmu?”
“Ya, di atas kertas, presiden tetaplah sosok seorang penguasa yang memiliki kewenangan yang luas. Namun di dalam mengambil keputusan dalam ranah kewenangan yang amat luas itu, presiden tetaplah harus mempertimbangkan banyak faktor, terutama ekonomi. Saya yakin di belakang presiden, ada orang-orang tertentu, memiliki jaringan kuat dengan sektor ekonomi dunia, yang sangat berkuasa.
Anda tentu masih ingat, kejatuhan Soekarno menyebabkan jatuhnya negeri ini ke dalam cengkeraman imperialis Barat. Paska Soekarno, ada organisasi tanpa bentuk yang sangat berkuasa dan sangat setia pada majikannya, Amerika Serikat. Mereka mampu menghitam-putihkan perekonomian bangsa ini…”
“Mafia Berkeley?”
John Grant kembali menganggukkan kepalanya.
“Tepat. Mafia Berkeley sangat berkuasa setelah Soekarno jatuh. Dengan Suharto mereka bersimbiosis-mutualisma dengan menjadikan bangsa dan rakyat Indonesia sebagai tumbalnya. Mereka sangat pintar –saya lebih menganggapnya licik– dalam memperalat angka-angka statistik. Masa kekuasaan Suharto adalah masa kejayaannya.
Mafia Berkeley dengan Bappenasnya merupakan gerbang utama masuknya modal asing dan juga utang ke negeri ini. Setelah Suharto tumbang di tahun 1998, mereka bukannya ikut jatuh namun malah kian berkuasa. Setelah Suharto, tidak ada pemimpin di negeri ini yang berkarakter kuat dan berani mengambil sikap.
Organisasi tanpa bentuk bernama Mafia Berkeley sekarang ini tidak lagi terdengar, namun saya amat yakin, eksistensi kelompok tanpa bentuk yang sangat berkuasa seperti mereka itu tetap ada sampai kini. Hanya berbeda dalam nama, namun pada hakekatnya, tujuannya sama saja… Mereka adalah pelayan setia pada kelompok inti imperialis-globalis, salah satunya bernama Bilderberger Group yang memiliki cabang dengan Trilateral Commission dan juga CFR (Council on Foreign Relations).
“Apakah organisasi tanpa bentuk yang ada di Indonesia ini sekarang yang disebut Neo Liberal?”
“Neolib atau Neo Liberal itu sebenarnya mengacu pada satu madzab ekonomi kapitalistis yang menghamba pada kepentingan para imperialis-globalis yang berkumpul di Washington. Dalam skala global, mereka, kaum Libertarian itu, tidak hanya bergerak dalam sektor ekonomi, tapi juga bergerak di bidang pendidikan, agama, sosial-budaya, media massa, hiburan, dan lainnya.
Semuanya dijadikan sebagai bagian dari industri. Mereka ini dengan bangga menyebut dirinya sebagai para Libertarian, walau faktanya, mereka sama sekali bukan pembebas, melainkan penjajah. Mereka merupakan instrumen bagi kekuatan konspiratif dunia untuk mewujudkan apa yang disebut Tatanan Dunia Baru. The New World Order. - (Novel The Jacatra Secret, hal 77-78)
Cover belakang
VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie / Perserikatan Perusahaan Hindia Timur atau Perusahaan Hindia Timur Belanda) membangun Batavia sebagai loji terbesar Freemasonry, kelompok persaudaraan rahasia Luciferian di Nusantara. Sebab itu, banyak simbol Satan disusupkan ke dalam arsitektur kota Jakarta yang masih bisa disaksikan hingga hari ini.Ikuti penelusuran Doktor John Grant dan Angelina Dimitreia dalam menyibak rahasia-rahasia Jakarta: dari Simbol Bunga Pagan dan Peraudaraan Ular di Museum Fatahillah, Simbol Baphomet di Menteng, The Sacred Sextum di Obelisk Monas, Ra Goddes Eye’s di Bundaran Hotel Indonesia, Simbol Mahaguru Freemason di Kebon Jahe Kober, gedung-gedung Luciferian dan 13 -The Satanic Mumber- di sekitar kita.
Semua deskripsi dan foto tentang arsitektur museum, tata ruang kota, prasasti makam, dan monumen dalam novel ini adalah OTENTIK!.
Komentar
Posting Komentar