CONTOH KASUS PROSES ORGANISASI
Dalam
suatu organisasi tentunya dibutuhkan berbagai proses untuk mencapai tujuan dari
organisasi itu sendiri, kali ini saya akan membahas proses organisasi dengan
cara mempengaruhi dan proses pengambilan keputusan.
1.Proses
Mempengaruhi
Pengaruh adalah suatu kegiatan atau keteladanan
yang menunjukan hal baik maupun tidak baik,yang dilakukan secara langsung
ataupun secara tidak langsung, sehingga mengakibatkan suatu perubahan perilaku
serta kebiasaan, baik itu individu atau kelompok.
Contoh Kasus :
Pada tahun 2011 lalu, nama Muhammad
Nazaruddin ramai diperbincangkan. Selain dikenal sebagai politisi karena
jabatannya sebagai Bendahara Umum Demokrat, dia ternyata dikenal juga sebagai
pengusaha. Dia bertambah terkenal belakangan sejak namanya kembali
disebut-sebut di berbagai pemberitaan karena tersangkut masalah hukum. Kasus
yang terbaru yang membelit Nazaruddin dan sekaligus mengegerkan Partai Demokrat
adalah dugaan keterlibatannya dalam kasus suap kepada Wafid Muharram, mantan
Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga. Kasus itu membuat para anggota
Partai Demokrat bersikap malu dan telah mempengaruhi juga organisasi HMI (
Himpunan Mahasiswa Islam) yang dimana Nazaruddin tersebut pernah menjadi
anggota organisasi tersebut. Membuat HMI merasa malu, dan banyak komentar yang
pedas dilontarkan tentang perilaku Nazaruddin tersebut. Kasus itu juga
kabarnya mengusik Istana (Presiden SBY). Sehingga beredar pula kabar,
Nazaruddin bisa saja dipecat dari jabatannya di partai.
2.Proses
Pengambilan Keputusan
Proses pengambilan keputusan dalam
organisasi ialah kumpulan yang terdiri dari beberapa orang untuk mencapai
tujuan bersama, didalam organisasi rentan terjadinya selisih pendapat begitu
juga keputusan dalam mengambil sikap, dapat diartikan cara organisasi dalam
pengambilan keputusan. Terdapat 4 metode bagaimana cara organisasi dalam
pengambilan keputusan, ke 4 metode tersebut adalah : yaitu kewenangan tanpa
diskusi (authority rule without discussion), pendapat ahli (expert opinion),
kewenangan setelah diskusi (authority rule after discussion), dan kesepakatan
(consensus).
Contoh Kasus:
Pengambilan keputusan untuk memenuhi
kebutuhan mutu sekolah dalam rangka pendidikan nasional. Esensi dari MPMBS
adalah otonomi sekolah dan pengambilan keputusan partisipatif untuk mencapai
sasaran mutu sekolah (Depdiknas, 2000). Otonomi dalam si … keputusan untuk
memenuhi kebutuhan mutu sekolah dalam rangka pendidikan nasional. Esensi dari
MPMBS adalah otonomi sekolah dan pengambilan keputusan partisipatif untuk
mencapai sasaran mutu sekolah (Depdiknas, 2000).Otonomi dalam sistem dan penorganisasi.
Begitu juga dalam organisasi kependidikan, keputusan pendidikan merupakan
faktor esensial dalam menentukan kebijakan-kebijakan pendidikan. Oleh karena
itu sebuah keputusan pendidikan perlu ditentukan melalui proses pengambilan
keputusan.
Dalam
era desentralisasi, sekolah memiliki otonomi yang seluas-luasnya yang menuntut
peran serta masyarakat secara optimal. Bentuk nyata dari otonomi pendidikan dan
otonomi sekolah adalah manajemen berbasis sekolah.Manajemen Peningkatan Mutu
Berbasis Sekolah (MPMBS) atau School Based Management merupakan
pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh
sekolah dengan melibatkan semua kelompok kepentingan yang terkait dengan
sekolah (stakeholders) secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk
memenuhi kebutuhan mutu sekolah dalam rangka pendidikan nasional. Esensi dari
MPMBS adalah otonomi sekolah dan pengambilan keputusan partisipatif untuk mencapai
sasaran mutu sekolah (Depdiknas, 2000).Otonomi dalam sistem dan pengelolaan
pendidikan bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan bagi seluruh lapisan
masyarakat (Caldwell dan Spinks, 1992). Konsep ini merupakan suatu bentuk
pengelolaan sekolah yang menjamin sekolah memiliki otonomi yang luas dalam
mengelola pembelajaran, sumber dayanya, menentukan kebijakan yang sesuai dengan
keinginan lembaga dan masyarakat, serta dalam pengelolaannya melibatkan orang
tua dan masyarakat, dan tidak mengabaikan kebijakan nasional. Melalui kebijakan
ini, pihak sekolah memiliki keleluasaan dalam pengambilan keputusan tentang
pengelolaan sumber daya, kurikulum, dan peningkatan profesionalisme guru dan
staf. Hal ini tentu menuntut keleluasaan guru dan karyawan dalam berapresiasi
dan berinovasi sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada, tanpa harus terikat
dengan aturan-aturan kurikulum yang ketat.
Komentar
Posting Komentar