Kita “sebuah memori”
Pernahkah kamu menerka tentang apa yang yang aku rasakan?
Tidakkah pernah kau bayangkan betapa indahnya masa lalu yang kini hanya menjadi
kepingan kenangan yang tersimpan rapat di dalam sudut hati kita? Menyakitkan
memang ketika kita tahu perpisahan selalu ada di setiap ujung dari sebuah
pertemuan.
Seharusnya tak ada air mata dalam sebuah akhir dari
pertemuan. Namun hatiku tak kuasa menahan pedih dari kepergianmu. Ingin ku
hentikan waktu agar sebuah kata “kita” tidak berubah menjadi sebuah kenangan. Karena
hati ini sesungguhnya sangatlah berat untuk melepasmu pergi.
Walau pun kini “kita” hanya menjadi sebuah kata dalam
kenangan yang terekam pada pautan memori, aku tak ingin semua memori itu
terhapus begitu saja. Tak kuasa aku membiarkan sang waktu menghapus satu
persatu kenangan indah tentang “kita”. Mungkin bodoh, membiarkan masa lalu
berjalan mendampingiku. Tapi aku tak pernah perduli akan kebodohan itu. Aku
hanya belum terbiasa dengan semua rasa kesendirian ini. Dan aku juga belum terbiasa
merasa kehilangan sesuatu yang sangat penting untukku.
Samar samar, aku melihat dalam ke abu abuan. Kukira kini
sosok yang selalu menuntunku hilang. kini aku ke hilangan arah dan tujuan ku.
Karena mungkin tujuanku telah hilang, pergi bersamamu. Tak ada lagi tempat aku
bersandar dikala tubuh ini tak kuat lagi berdiri kokoh seperti dulu. Aku selalu berharap akan kepulanganmu.
Mustahil memang kau akan kembali, namun
hatiku tak pernah berhenti percaya. Karena hanya dengan kepercayaan itu aku
dapat sedikit menopang diriku sendiri. Meski keraguan mengurung jiwa. Aku selau
percaya bahwa suatu hari nanti kita akan bertemu kembali.
Di penghujung hari aku mencoba memejamkan mataku. Walau
begitu hati dan pikiranku tetap saja terfokus oleh semua bayangan tentang mu.
Hingga sinar matahari menerobos jendela kamarku dan membangunkanku. Membuat ku
tersadar bahwa ada yang hilang. Seketika aku terdiam, mengingat semua tentang
kita yang kini hanya menjadi sebuah kenangan. Seperti tersayat, hatiku sakit tak karuan. Aku
terisak menangis tersedu sedu.
Kayaknya gue tau ini buat siapa riz haha :D buat musikalisasi puisi dong biar lebih berasa, logat dwitasari gitu hehe gue mau dengerrr :-/
BalasHapus